Pencarian Ilmu (Isi langsung tekan "Enter")

Karbon Dioksida dan Karbon Monoksida

Perbedaan utama dari karbon dioksidan dan karbon monoksida adalah proses pembakarannya. Karbon dioksida terbentuk saat pembakaran sempurna yaitu atom karbon mengikat dua atom oksigen (CO2). Sedangkan karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna akibat kurangnya oksigen, proses ini menghasilkan atom karbon yang hanya mengikat satu atom oksigen.

Kedua gas tersebut sama-sama berbahaya, tetapi dalam cara yang sangat berbeda.

Karbon dioksida berasal dari aktivitas gunung berapi, dari tumbuhan dan hewan mati yang mengurai, dari pembakaran batu bara dan minyak bumi. Karbon dioksida jelas bukan racun karena dirinya sendiri. Masalah utama dari gas ini adalah tidak mendukung proses pembakaran atau pernafasan bahkan bisa mematikan mahluk hidup. Karbon dioksida lebih berat daripada udara, maka ia akan tumpah berkumpul di lapisan paling rendah menggantikan udara dan membuat apapun ang dilingkupinya mati lemas. Itulah yang pernah terjadi di Kamerun pada tahun 1986 ketika Danau Nios tiba-tiba menyemburkan sekitar 600 ton gelembung gas karbon dioksida dari aktivitas vulkaniknya dan membuat lebih dari 700 orang mati lemas ditambah satwa yang tidak terhitung jumlahnya.

Sebaliknya, karbon monoksida adalah penjahat tulen. Ia lah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa dan sangat berbahaya, sekalipun dalam jumlah yang sedikit. Jika terhirup, gas ini dari paru paru langsung masuk ke dalam aliran darah. Di sana, ia akan bereaksi secara ganas dengan hemoglobin karena menghambatnya melakukan tugas mengangkut oksigen ke tiap sel. Karbon monoksida berikatan 200 kali lebih kuat dengan hemoglobin daripada oksigen dan oleh karenanya sangat sulit untuk melepaskannya ketika telah berikatan dengan darah. Kekurangan oksigen akan menyebabkan kematian secara perlahan.

Karbonmonoksida dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -129OC. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan fosil dengan udara, berupa gas buangan. Di kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu dari gas CO dapat pula terbentuk dari proses industri. Secara alamiah gas CO juga dapat terbentuk, walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain.

Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman kalau waktu kontak hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia ternyata tidak sama dengan manusia yang satu dengan yang lainnya.

Konsentrasi karbon monoksida disuatu ruang akan naik bila di ruangan itu ada orang yang merokok. Orang yang merokok akan mengeluarkan asap rokok yang mengandung gas CO dengan konsentrasi lebih dari 20.000 ppm yang kemudian menjadi encer sekitar 400-5000 ppm selama dihisap. Konsentrasi gas CO yang tinggi didalam asap rokok menyebabkan kandungan COHb dalam darah orang yang merokok jadi meningkat. Keadaan ini sudah barang tentu sangat membahayakan kesehatan orang yang merokok. Orang yang merokok dalam waktu yang cukup lama (perokok berat) konsentrasi CO-Hb dalam darahnya sekitar 6,9%. Hal inilah yang menyebabkan perokok berat mudah terkena serangan jantung.

Pengaruh konsentrasi gas CO di udara sampai dengan dengan 100 ppm terhadap tanaman hampir tidak ada, khususnya pada tanaman tingkat tinggi. Bila konsentrasi gas CO di udara mencapai 2000 ppm dan waktu kontak lebih dari 24 jam, maka akan mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas yang ada pada lingkungan terutama yang terdapat pada akar tanaman.

Penurunan kesadaran sehingga terjadi banyak kecelakaan, fungsi sistem kontrol syaraf turun serta fungsi jantung dan paru-paru menurun bahkan dapat menyebabkan kematian. Waktu tinggal CO dalam atmosfer lebih kurang 4 bulan. CO dapat dioksidasi menjadi CO2 dalam atmosfer adalah HO dan HO2 radikal, atau oksigen dan ozon. Mikroorganisme tanah merupakan bahan yang dapat menghilangkan CO dari atmosfer.

Dari penelitian diketahui bahwa udara yang mengandung CO sebesar 120 ppm dapat dihilangkan selama 3 jam dengan cara mengontakkan dengan 2,8 kg tanah, dengan demikian mikroorganisme dapat pula menghilangkan senyawa CO dari lingkungan, sejauh ini yang berperan aktif adalah jamur penicillium dan Aspergillus.

3 komentar: